Pangkalan Bun - Mengajari anak untuk selalu sabar menghadapi stres tidak hanya bagus untuk kesehatan jiwanya. Secara fisik, kemampuan mengelola stres juga bisa mencegah anak menjadi gemuk. Setidaknya, itulah yang terungkap dalam penelitian terbaru.
Penelitian yang dilakukan di Pennsylvania State university dan John Hopkins University tersebut mengungkap bahwa anak yang mudah stres lebih berisiko untuk gemuk. Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori cenderung meningkat karena stres.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa anak yang berisiko menjadi gemuk bisa diidentifikasi dari respons biologis terhadap stressor (penyebab stres)," kata Prof Lori Francis yang melakukan penelitian tersebut seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (18/2013).
Dalam penelitiannya, Prof Francis melakukan pengamatan terhadap 43 anak usia 5-9 tahun berikut para orang tuanya. Para partisipan dihadapkan pada situasi yang membangkitkan stres, termasuk di antaranya disuruh pidato dan mengerjakan soal matematika.
Setelah dirasa mulai stres, para partisipan diperiksa ludahnya. Dari pemeriksaan air ludah tersebut, para ilmuwan mengamati dan membandingkan kadar kortisol yang selama ini dikenal sebagai hormon stres karena diproduksi saat tubuh mengalami stres.
Sesudah itu, para partisipan dipersilakan untuk makan dengan ketentuan semua orang bebas memilih menu dan porsinya sesuka hati. Para peneliti lalu membandingkan hasil pemeriksaan air ludah dengan hasil pengamatan terhadap menu dan porsi makan para partisipan.
Hasilnya, anak-anak yang memiliki kadar kortisol lebih tinggi cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori lang juga lebih tinggi. Artinya, makin mudah si anak mengalami stres maka risiko untuk makan berlebihan dan akhirnya menjadi gemuk juga meningkat.
Penelitian yang dilakukan di Pennsylvania State university dan John Hopkins University tersebut mengungkap bahwa anak yang mudah stres lebih berisiko untuk gemuk. Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori cenderung meningkat karena stres.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa anak yang berisiko menjadi gemuk bisa diidentifikasi dari respons biologis terhadap stressor (penyebab stres)," kata Prof Lori Francis yang melakukan penelitian tersebut seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (18/2013).
Dalam penelitiannya, Prof Francis melakukan pengamatan terhadap 43 anak usia 5-9 tahun berikut para orang tuanya. Para partisipan dihadapkan pada situasi yang membangkitkan stres, termasuk di antaranya disuruh pidato dan mengerjakan soal matematika.
Setelah dirasa mulai stres, para partisipan diperiksa ludahnya. Dari pemeriksaan air ludah tersebut, para ilmuwan mengamati dan membandingkan kadar kortisol yang selama ini dikenal sebagai hormon stres karena diproduksi saat tubuh mengalami stres.
Sesudah itu, para partisipan dipersilakan untuk makan dengan ketentuan semua orang bebas memilih menu dan porsinya sesuka hati. Para peneliti lalu membandingkan hasil pemeriksaan air ludah dengan hasil pengamatan terhadap menu dan porsi makan para partisipan.
Hasilnya, anak-anak yang memiliki kadar kortisol lebih tinggi cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori lang juga lebih tinggi. Artinya, makin mudah si anak mengalami stres maka risiko untuk makan berlebihan dan akhirnya menjadi gemuk juga meningkat.
0 Response to "Anak yang Mudah Stres, Mudah Pula Gemuk"
Post a Comment